Jumat, 20 Maret 2020

[ Impresi ] Koi wa Ameagari no You ni (2018) Live Action


"You always suddenly appear when it rains"

SINOPSIS

Akira Tachibana (Nana Komatsu) adalah siswi SMA usia 17 tahun. Dulunya seorang atlet lari yang menjanjikan, tapi karena mengalami cedera membuatnya berhenti berlari. Suatu hari, Akira Tachibana mengunjungi sebuah restoran keluarga dan manajer restoran tersebut berbicara padanya dengan suara yang lembut. Hal itu membuat Akira mulai bekerja paruh waktu di sana. Manajer restoran bernama Masami Kondo usia 45 tahun (Yo Iozumi) duda satu anak. Akira Tachibana jatuh cinta padanya.

DETAIL

  • Alternative title : After the Rain, Love is Like After the Rain
  • Director : Akira Nagai
  • Writer : Jun Mayuzuki (manga), Riko Sakaguchi
  • Producer : Akihiro Yamauchi, Kei Haruna, Yusuke Ishiguro, Yuho Tadano
  • Cinematographer : Orie Ichihashi
CAST

  • Nana Komatsu as Akira Tachibana
  • Yo Iozumi as Masami Kondo
  • Nana Seino as Haruka Kiyan
  • Hayato Isomura as Ryosuke Kase
  • Shono Hayama as Takashi Yoshizawa
  • Honoka Matsumoto as Yui Nishida
  • Maika Yamamoto as Mizuki Kurata 
  • Shigeyuki Totsugi as Chihiro Kujo 

Live action Jepang itu baik film ataupun dorama identik dengan akting pemainnya yang bikin geli-geli dan nampak nggak natural, jadinya selalu buat merinding bulu kuduk ketika lagi menikmati LA Jepang. Tapi aku sama sekal tidak merasa seperti itu ketika menonton film satu ini, seluruh akting pemainnya sangat natural.

Terutama Komatsu Nana yang berperan sebagai tokoh utama Akira Tachibana, aktris yang memang terkenal dengan visual cantiknya ini kalau diliihat-lihat dari segi fisik memang sangat pas dalam memerankan Akira Tachibana, murid SMA yang cantik dan elegan. Jempol tim casting-nya.

Pengambilan viewnya bagus!
 Kemudian ada sang manajer restoran tempat Akira kerja paruh waktu sekaligus love interest-nya, Masami Kondo yang diperankan oleh Yo Iozumi, uniknya aku merasa karakter manajer di LA lebih hidup dan bijak ketimbang versi anime.

Chemistry Akira dan Manajer di LA pun lebih intim dan dapet feelnya menurutku kalau dibandingkan dengan versi anime lagi, oh ya tenang dulu, chemistry yang kumaksud itu chemistry sebagai 'teman' bukan lovers ya. Karena aku sendiri sejujurnya tidak begitu ngeship Akira dan manajer.

Ada Akira yang bersikeras meyakinkan bahwa manajer ini bukan orang yang tidak memiliki apa-apa dan menakjubkan, dan sebaliknya manajer tidak ingin Akira membuang impiannya begitu saja karena Akira adalah orang yang mengagumkan. Mereka saling mendukung sebagai 'teman' meskipun punya jarak usia yang cukup jauh. Hingga pada akhirnya mereka pun kembali termotivasi mengejar impian masing-masing, satunya masih muda dan satunya lagi udah berumur. Simbolisme yang bagus! Bahwa mengejar impian itu tidak memandang berapa usiamu.


Cinematography film-film Jepang memang ada daya tariknya tersendiri, aku suka melihat scenery kota-kota di Jepang yang minimalis, sederhana tapi aesthetic. Dan untuk film yang plotnya gak dark seperti ini, tentu saja coloring visualnya sangat terang dan penuh warna.

Ngomong-ngomong film ini atmosfirnya warm sehingga pace nya cukup lambat menuju main konflik dan konklusi jadi bagi kalian yang sukanya dengan plot cepat dan tensi tinggi mungkin gak cocok dengan film ini, eh tapi meskipun slow pace sama sekali tidak buat ngantuk karena terhibur dengan visual Nana Komatsu dan cinematography filmnya hehe~

Saya ss ini karena mobil mininya manajer kelihatan lucu~
Kekurangannya mungkin ada dua poin saja, di scoring musik dan konflik cerita. 

Bukannya tidak ada konflik, ada kok, tapi sangat innocent alias bukan masalah besar, tentu saja karena ini adaptasi dari manga bergenre slice of life, bukan thriller. Namun bagian konklusinya cukup menyentuh khas anime/manga bergene slice of life.

Lalu di filmnya terasa agak sepi karena minim bgm, harusnya pada adegan dimana Akira memeluk manajer di apartemen ketika manajer lagi sakit diberi bgm berupa instrumen gitu seperti di animenya, tapi malah dibuat apa adanya. Jadi saya merasa feelnya berkurang drastis, padahal saat itu adalah adegan yang paling kunantikan.
 
Tapi aku mengerti sih, niat sutradara mungkin ingin kita terbawa ke dalam atmosfir hangat dan tenang film ini dengan meminimalkan bgm ataupun musik-musik latar belakang. 

Adegan yang mungkin paling memprovokasi Akira

Endingnya? Jangan khawatir, ternyata pihak produser maunya main aman wkwk.

Rate dari saya
8/10 (Enjoyable for fun)


Bonus dariku:

1 komentar:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)

    BalasHapus