Perasaan yang tidak akan pernah bisa kami utarakan dengan sebuah kata-kata tentu saja adalah sesuatu yang akan kami pahami melalui sentuhan hangat kami.
First, thanks Kyakka for the English translation which is very easy to understand
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh @widyasl_
Kalau mau copy paste dan share silakan asal mencantumkan credit baik ke saya dan Kyakka.
KONTEKS: Hachiman menerobos masuk ke dalam pertemuan antara Yukino dengan ibunya, Haruno-san, dan Hiratsuka-sensei terkait masalah pesta prom bersama. Setelah pertemuan berakhir, dia mendapati Yukino di jalan keluar sekolah, mereka mulai berbicara hingga berakhir ke sebuah pernyataan!
- Chapter 7, bagian terakhir.
Beberapa waktu telah berlalu setelah diskusi di ruang tamu.
Setelah kami menyelesaikan perdebatan kami mengenai rencana untuk ke depannya, kondisi di luar mulai nampak gelap. Aku berjalan ke tempat parkir sepeda dari gedung sekolah dengan langkah ruat, akibat ketegangan dan rasa lelah.
Terlepas dari itu, aku berhasil sampai ke gerbang sekolah sambil menenteng sepedaku. Dan di sana, aku melihat Yukinoshita berjalan sempoyongan di depanku.
Dia mondar-mandir, berjalan bolak-balik dengan penuh rasa ragu, mengutak-atik mantel dan syalnya. Berbeda dari perilaku tenangnya yang biasa, dan hanya masalah waktu sampai aku mengejarnya meskipun aku sambil mendorong sepedaku.
Aku tidak bisa melewatinya begitu saja dan pergi, kemudian mengucapkan selama tinggal yang biasa. Rasanya tidak benar. Aku merenungkan pilihan kata yang bisa kugunakan untuk menyapanya, tapi meski begitu, aku tidak ingin menyapanya hanya dengan beberapa kalimat pendek.
Tetap saja, aku terus berpikir bagaimana cara untuk mendekatinya, dan terus mengamatinya.
Perlahan aku mendorong sepedaku, dan berjalan di sebelah Yukinoshita.
Yukinoshita sekilas melirik ke arahku, sesaat dia menunjukkan ekspresi terkejut, kemudian langsung memalingkan muka. Tanpa mengatakan apapun, dia kemudian mempercepat langkahnya, yang mana langsung aku ikuti.
Suara sol sepatu kami yang menginjak tanah, dan suara ban sepeda kami yang berputar saling bergantian, hingga kemudian tempo berjalan kami pun saling seirama.
Suasana hening terasa cukup lama ketika kami berjalan seirama. Mungkin, kami berdua hanya bersikap keras kepala, tidak ingin menjadi yang pertamakali untuk memecah keheningan meski harus menunggu begitu lama. Atau lebih sederhananya, suasananya terlalu canggung bagi kami berdua.
Kami melewati beberapa halte, dan belokan,tidak banyak pandangan darinya. Kami hanya terus berjalan ke depan, bahkan mengabaikan orang yang lewat.
Ya, aku yang sudah menciptakan situasi menyebalkan ini, jadi aku yang harusnya memecahkan keheningan ini.
Dengan pemikiran itu, akupun memutuskan akan berbicara dengannya begitu kami telah melewati palang kereta dari jalur Keiyo.
Kami bejalan semakin cepat ke depan dengan palang kereta di atas kami, dan kereta pun berjalan lewat. Pada saat itu, rasanya seperti suara gemuruh kota telah padam.
Aku menghela nafas panjang, dan memanggil Yukinoshita yang berada beberapa langkah di depanku.
"...Maaf karena tiba-tiba menerobos masuk tadi."
"...Itu bukan salahmu."
Yukinoshita menjawab dengan nada tertahan tanpa melihat ke arahku saat kami bertukar beberapa pernyataan sepele.
"Bukannya kamu bisa mengatakan tidak dalam situsai itu. Tapi sungguh, ada apa denganmu? Aku sama sekali tidak memahamimu."
Dia mengeluh, tempo suaranya meninggi.
"Kau bertindak sebagaimana seorang penginjil akan bekerja ketika mengunjungi rumah seseorang."
"Kupikir itu berlebihan. Aku benar-benar mengubah situasi dengan mengatakan beberapa hal di sana-sini, tetapi aku sebenarnya tidak mengusulkan solusi yang nyata. Aku hanya mengatakan untuk memudahkan kita, itu saja."
"Jadi, pada dasarnya kamu sama sekali tidak memberikan bantuan, kamu hanya menipu... Kupikir itu jauh lebih buruk."
Sebenarnya, itu adalah contoh penipuan, menawarkan solusi berpotensi untuk meningkatkan kekhawatiran akan risiko yang sebenarnya tidak ada. Perbedaan besar di sini adalah bahwa aku tidak menawarkan hanya satu solusi untuk masalah ini. Dalam hal ini, itu jauh lebih buruk daripada sebuah penipuan, yang, seperti katanya, bahkan lebih buruk.
Yukinoshita menghela nafas panjnang.
"Melihat keluargaku tertipu tentu membuatku sedikit takut."
"Aku tidak akan mengatakan aku melakukan itu... Maksudku, aku bahkan tidak perlu berbohong jika mereka semudah itu untuk dibodohi. Sejujurnya, aku lebih takut jika mereka akan menamparku..."
Ucapku, yang secara bersamaan menghela nafas panjang juga.
Jelas tidak mungkin ibu Yukinoshita dan Haruno-san akan mempercayai kemustahilanku. Gagasan tentang pesta prom bersama benar-benar ditolak dalam diskusi tadi di ruang resepsi.
Para wanita dari keluarga Yukinoshita nyatanya tidak perlu mengambil risiko mengenai pesta prom, jadi aku yakin mereka hanya menaggap argumen setengah jadiku sebagai sarana hiburan.
Tentu saja Yukinoshita menyadari hal ini. Masih setengah langkah di depan, Yukinoshita mengatur posisi tas sekolahnya di belakang, dan bergumam.
"Kamu benar, Ibu dan kakakku bukan tipe orang yang akan terjebak umpan seperti itu."
"Benar kan? Pada akhirnya aku juga sangat takut. Serius, apa tujuan mereka?"
"Siapa tahu? Aku tidak akan pernah tahu."
Yukinoshita cemberut saat dia memalingkan mukanya, dan terus berjalan maju.
Jalan yang kami lewati membentang sampai ke pantai, hingga akhirnya berpotongan dengan jalan raya nasional. Belok kiri di sana berarti jalan menuju rumahku.
Tetapi melalui percakapan kecil kami ketika kami berjalan bersama, aku kehilangan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal.
... Atau lebih tepatnya, tidak, bukan itu. Aku memiliki peluang di sepanjang jalan, tetapi aku memutuskan untuk mengabaikannya.
Begitu kami mendekati jalan layang yang akan membawa kami melewati jalan raya nasional, aku mendorong sepedaku dengan langkah-langkah tegas dan terarah.
Yukinoshita menaiki lereng tanpa melihat ke belakang, dan aku mengikuti. Tetapi aku tertinggal di belakang ketika aku menuntun sepedaku di lereng. Lambat laun, jarak antara kami melebar menjadi satu langkah, dua langkah, dan terus bertambah hingga dia akhirnya lebih dulu tiba di puncak lereng.
Untuk mengejarnya, aku bergegas menaiki tangga, memaksa sepedaku menaiki lereng. Yukinoshita, yang berhenti di tempatnya, menatapku.
Dia sepertinya telah menunggu. Aku memberinya tatapan minta maaf, dan dia menggelengkan kepalanya. Namun, mata kami hanya bertemu sesaat, ketika dia dengan cepat melihat ke depan, dan mulai berjalan lagi.
Aku bergegas mengejar agar tidak ketinggalan, dan akhirnya berhasil menyusulnya. Jarak yang kami pertahankan sejauh ini, setengah langkah yang hampir menjadi dua langkah, akhirnya menghilang.
Setelah suara langkah kami tumpang tindih, Yukinoshita melanjutkan kata-katanya sebelumnya.
"Mata ibuku terlihat sama seperti ketika dia melihat kakakku ..."
"... Jadi, dia mengakuimu?"
"Dia mungkin sudah menyerah padaku."
Dia mengangkat bahu, menjawab dengan mencela dirinya sendiri.
“Pertama-tama, aku ragu bahwa ibuku setuju terkait pesta prom. Dan sekarang aku mencoba mengambil tindakan yang bahkan lebih riskan dari itu? Siapa pun akan menyerah pada saat itu juga. "
Nada suaranya membuatnya terdengar bahwa dia telah menyerah pada dirinya sendiri. Aku ragu bagaimana harus merespon, yang hanya membuat langkahku terseret, sementara Yukinoshita terus melangkah di depanku.
"…Maaf. Sebagai orang luar aku tahu seharusnya tidak boleh mencampuri masalah keluargamu, atau bahkan masa depanmu. Akhirnya aku hanya menyebabkan lebih banyak masalah untukmu ... jadi aku pastikan akan bertanggung jawab untuk itu. "
Dengan hati-hati aku memilih kata-kata yang perlu diucapkan saat aku mengambil langkahku.
“Itu tidak perlu, karena tidak ada alasan bagimu untuk bertanggung jawab akan keputusan yang aku buat. Terlebih ada hal lain yang harus kamu lakukan."
Aku menyusulnya setelah mendengarkan kata-katanya, dan dia sedikit memperlambat langkahnya.
"... Kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal?"
Dia berbisik, mengeluarkan napas pendek dan ragu-ragu. Ekspresinya tidak dapat dibaca karena dia menatap ke bawah, tetapi tidak diragukan lagi bahwa ada nada kesedihan dalam suaranya yang menghilang.
Bagaimana aku harus menjawabnya?
Waktu yang kumiliki sedikit; waktu yang dibutuhkan dua mobil untuk melewati jalan layang, dan waktu yang diperlukan bagi Yukinoshita untuk berjalan tiga langkah di depan. Aku pun berhenti berjalan.
Bukan saatnya bagiku untuk berpikir, tetapi saatnya bagiku untuk memeberanikan diri.
"... Itu satu-satunya cara yang bisa kupikirkan agar bisa tetap terlibat denganmu."
"Hah?"
Yukinoshita berhenti dan berbalik untuk menatapku. Ekspresinya penuh rasa terkejut, mulutnya terbuka yang tampak siap untuk memberitahuku apa yang sedang aku bicarakan.
“Jika klub kita hilang, kita tidak akan memiliki kesamaan lagi. Aku tidak bisa memikirkan cara lain untuk membawamu kembali. "
"Mengapa juga kamu…"
Di atas jalan layang, cahaya kendaraan yang melaju menyinari Yukinoshita yang terheran. Meski dengan cahaya yang redup, aku bisa melihatnya mengigit bibirnya dengan pelan.
“... Apa yang terjadi dengan janji kita? Aku sudah bilang padamu agar memenuhi permintaannya, bukan? "
Suaranya bergetar dengan nada mengkritik, tatapannya nampak penuh penyesalan.
Tapi aku sudah tahu dia mengatakan itu. Dan aku sudah tahu bahwa dia berekspresi seperti itu.
Tetapi meskipun begitu, demi keegoisanku sendiri, aku memutuskan untuk tidak melihat kembali kepada siapa aku telah menyebabkan masalah, sebagai gantinya aku menjawab.
"Biarkan saja, itu sama sekali tidak berhubungan."
Yukinoshita menatapku kebingungan dan dia menanyaiku tanpa kata-kata dengan memiringkan kepalanya. Aku menyipitkan mataku, berusaha meresap lampu jalan oranye jalan layang yang layaknya matahari terbenam.
"... Dia bilang ingin kamu berada di sana, karena tak ada lagi hal sepulang sekolah."
Aku menyampaikan kata-katanya, dan Yukinoshita tersedak. Dia mengalihkan wajahnya, membuatku tidak bisa melihat matanya yang basah.
"... Tidak bisakah kamu melakukan itu tanpa harus melakukan apa yang kamu lakukan hari ini?"
"Kurasa aku tidak bisa, karena aku tidak memiliki kepercayaan diri bahwa aku bisa menjaga hubungan menjadi kenalan, teman, teman sekelas, atau apa pun denganmu."
“Itu mungkin masalah bagimu, tapi ... aku bisa melakukannya. Aku pasti bisa melakukannya dengan lebih baik... itu sebabnya, aku akan baik-baik saja. "
Katanya, dan seolah-olah berusaha memotong pembicaraan dan untuk melepaskan masa lalunya, dia bergerak maju.
Ujung-ujung mulutku memilin senyum sinis, melihat pesona dalam keberaniannya.
"Aku tidak dalam posisi untuk mengatakan ini, tetapi tidak hanya kamu dan aku yang buruk dalam berkomunikasi, kita juga kacau hingga ke inti. Sebagai tambahan, kita sepenuhnya gagal dalam urusan bersosial, dan aku tidak memiliki kepercayaan sedikit pun bahwa aku dapat menjadi orang yang lebih baik. Yang ada aku akan menjauhkan diri lebih jauh setelah kita terpisah. Itu sebabnya ... "
Aku berjalan di belakang Yukinoshita yang telah melebar beberapa langkah di antara kami.
Ketika aku melihat punggungnya yang semakin menjauh, aku hampir berusaha meraih tangannya, namun ada perasaan ragu-ragu.
Jika aku ingin melanjutkan pembicaraan kami, aku bisa cukup menghentikannya. Aku tahu itu. Sial, aku bisa terus berjalan dan berbicara dengannya. Itu tidak sulit sama sekali. Tetapi jika aku tidak punya alasan, maka aku seharusnya tidak berusaha meraih tangannya.
Tapi, aku memang memiliki alasan.
Alasan sama yang membuatku tidak akan menyerah.
"... Jika aku melepaskanmu, aku tidak akan pernah bisa mendapatkanmu kembali."
Pernyataanku barusan seolah untuk meyakinkan diriku sendiri, atau lebih tepatnya, agar aku BISA membujuk diriku sendiri untuk mengulurkan tanganku.
Dengan satu tangan yang memegang sepeda, aku akan terlihat konyol, tanganku penuh keringat, dan aku tidak yakin seberapa kuat cengkeraman yang sebaiknya kugunakan.
Tapi meski begitu, aku meraih ujung lengan Yukinoshita.
Pergelangan tangannya sangat kecil, cukup untuk sepenuhnya digenggam oleh telapak tanganku.
"..."
Punggung Yukinoshita tersentak, dan dia berhenti. Dengan ekspresi terkejut, pandanganya terus bergantian antara tangannya dan wajahku.
Aku menurunkan standar sepedaku dan dengan terampil meletakkannya di tempat dengan tanganku yang bebas. Karena jika aku melepaskannya, kupikir dia akan lari seperti kucing yang tidak terbiasa dengan orang lain.
"Biar kuberitahu bahwa saat ini aku ingin sekali mati karena sangat malu dengan apa yang kukatakan tadi ..."
Aku berseru, diikuti oleh helaan nafas yang kuat.
Yukinoshita menggeliat tidak nyaman, mencoba menggunakan momen itu sebagai cara untuk membuatku melepaskannya. Perilakunya mirip dengan kucing yang ketakutan karena sentuhan air dengan cakarnya, dan meskipun aku sangat ingin melepaskannya, aku harus memastikan aku bisa menahannya hingga kami selesai berbicara.
"Jadi, apa yang kukatakan mengenai akan bertanggung jawab tidak sebatas aku ingin melakukannya karena kewajiban atau semacamnya. Jika bisa, aku ingin kamu membiarkanku bertanggung jawab. "
Semakin aku terus mengoceh, semakin aku membenci diri sendiri, dan semakin melemah pula cengkeraman tanganku. Aku merasa jijik pada diriku sendiri pada saat itu. Aku melonggarkan tanganku yang memegangi pergelangan Yukinoshita dan dengan pelan menurunkannya ke bawah.
Namun, Yukinoshita tidak mencoba melarikan diri, dia hanya berdiri di sana. Dia merapikan kerutan yang terbentuk dari cengkeramanku, dan kemudian memegang pergelangannya itu dengan tangannya sendiri. Dia tidak menatapku, tetapi dia tampaknya siap mendengarkan apa yang harus kukatakan. Aku merasa lega, dan kemudian mulai berbicara.
((Terjemahan Indonesia oleh @widyasl))
"Kamu mungkin tidak menginginkannya, tapi ... aku ingin terus terlibat denganmu. Bukan karena rasa kewajiban, tetapi karena aku ingin ... Itu sebabnya, beri aku hak untuk mengacaukan hidupmu."
Dengan memeras setiap kata, satu demi satu, aku hampir menutup mulut, tetapi masih terus kulanjutkan dengan nafas yang dipaksakan dan terengah-engah, agar memastikan aku tidak melakukan kesalahan.
Selama itu, Yukinoshita tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya melihat ujung lengannya yang kupegang sebelumnya.
"…'Mengacaukan'? Apa maksudmu dengan itu?"
Dia melirik ingin tahu, menjawab tanpa terduga. Untuk menebus semua kesunyian, aku membiarkan kata-kataku keluar.
"Aku tidak cukup berpengaruh untuk mengubah hidupmu. Aku yakin kita berdua akan lulus, mencari pekerjaan tentu saja dengan enggan, dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Tapi tambahkan aku ke dalam hidupmu, kita akan mengambil jalan memutar, atau bahkan terjebak di suatu tempat ... Itu sebabnya, hidupmu akan sedikit kacau."
Menanggapi ocehananku yang kacau, Yukinoshita akhirnya tersenyum, meskipun nampak sedih.
"... Kalau begitu, saat ini hidupku sudah cukup kacau."
"Ya. Kita saling bertemu, saling berbicara, saling memahami, saling terpisah, dan selama itu semua ... kita menjadi manusia yang kacau."
"Yah, kamu sudah seperti itu sejak awal ... tapi, bukan berarti aku berbeda."
Dia berkata dengan bercanda dan mengejek, kemudian kami berdua tersenyum lembut.
Aku yakin untuk seseorang yang kacau sepertiku, dan orang selurus dia, siapa pun hanya akan melihat betapa saling berseberangnya kami sebenarnya. Kami sangat berbeda hingga tidak cocok, tetapi sehubungan dengan sifat kacau kami, kami mungkin sama. Dan setiap kali sifat kami bertentangan satu sama lain, itu akan berubah sedikit, akhirnya berubah sangat banyak sehingga tidak bisa dibatalkan.
"Ke depannya kita akan semakin kacau. Tetapi semakin kacau dirimu semakin aku berencana untuk menawarkan sesuatu sebagai gantinya."
Aku sadar bahwa ucapan semata tidak ada nilainya.
"... Yah, aku tidak memiliki aset untuk bicara begitu, jadi satu-satunya hal yang bisa kuberikan padamu adalah hal-hal yang tidak jelas seperti waktuku, perasaanku, masa depanku, atau hidupku."
Itu adalah janji yang aku tahu tidak ada artinya.
"Hidupku bukan sesuatu yang luar biasa sejauh ini, dan aku tidak berpikir aku memiliki banyak prospek di masa depan, tapi ... jika aku akan terlibat dengan kehidupan orang lain, maka tidak akan adil jika aku tidak mempertaruhkan segalanya.”
Aku memahat kata-kataku seolah sedang membuat pahatan, kalimat yang perlu kukatakan padanya.
Aku harus memberitahunya, meski aku tahu itu tidak akan tersampaikan.
"Aku akan melakukan segalanya bersamamu, jadi biarkan aku terlibat dalam hidupmu."
Mulut Yukinoshita sedikit terbuka, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia segera menelan napas setelahnya.
Dia membenahi tatapan merengutnya padaku, dan dengan suara gemetar, dia menggali kata-kata yang sangat berbeda dari sebelumnya.
"Itu tidak adil. Masa depanku tidak bernilai, begitupun jalanku... tetapi bagimu, ada... "
Dia mengarahkan matanya yang basah ke bawah, tetapi pada saat itu ketika dia kehilangan kata-katanya, aku memutar mulutku ke atas bersama dengan pipiku menjadi senyuman. Senyum khasku yang penuh dengan sinisme, kesombongan, dan kebanggaan.
"Baik. Karena hidupku juga tidak bernilai. Harga sahamku pun sangat rendah, dan aku tidak melihat nilainya bisa melemah lebih rendah lagi. Sahamku benar-benar murah saat ini, tapi aku bisa menjamin pengembalian investasimu."
"Itulah yang akan dikatakan oleh para penipu mana pun. Cara penjualanmu sangat buruk. "
Kami saling berhadapan dengan senyum tersedu, dan Yukinoshita mengambil langkah lebih dekat, dan mengetuk kerahku. Dia memelototiku dengan tetesan air mata di sudut matanya.
"... Bagaimana kamu bisa mengatakan hal-hal tak berguna dan bodoh seperti itu? Aku yakin ada hal-hal lain yang bisa kamu katakan. "
"Karena aku tidak bisa ... Dan aku pastikan tidak akan membiarkan semua ini diringkas hanya dalam satu kalimat saja. "
Aku memelintir ekspresiku, dan tertawa dengan suara yang agak menyedihkan.
Kata-kata tidak cukup, itu sebabnya.
Aku bisa mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan, bercanda tentang itu, menggunakan frasa saham, dan hal lainnya, tetapi aku tidak berpikir itu bisa tersampaikan.
Ini bukan sekedar emosi. Tentu saja, ini termasuk perasaan yang bisa dipahami dengan sebuah kalimat sederhana. Tetapi jika aku memaksakan emosi itu ke dalam satu kerangka kalimat biasa, maka itu hanya akan menjadi kebohongan.
Aku telah menyusun banyak dan banyak kalimat, aku mengaduk-aduk dengan logika yang salah, aku menyingkirkan semua alasan yang berasal dari alasanku sendiri, lingkunganku, dan situasiku, aku menyingkirkan apa pun yang menghalangi jalanku, dan aku menutup pelarianku sendiri. Dan itulah sebabnya aku akhirnya mencapai titik ini.
((Terjemahan Indonesia oleh @widyasl))
Tidak ada yang bisa memahaminya. Dan itu tak masalah. Aku tidak keberatan jika tidak ada yang mengerti.
Aku hanya ingin menyampaikannya, itu saja.
Yukinoshita melihat senyum menyedihkanku, tetapi akhirnya, dengan enggan dia mulai membuka diri.
"Aku akan sangat merepotkan."
"Aku tahu."
"Dan aku tidak melakukan apa pun selain menyebabkanmu masalah."
"Sudah terlambat untuk itu."
"Aku keras kepala, dan tak kenal takut."
"Ya benar."
"Setidaknya kau bisa menyangkal itu."
"Jangan minta hal mustahil."
"Aku akan semakin putus asa karena bergantung padamu setiap saat."
“Itu artinya aku harus lebih putus asa daripada kamu. Jika semua orang putus asa, maka tidak ada yang putus asa. "
"…Lalu-"
"Tidak apa-apa."
Aku memotongnya ketika dia berjuang untuk mencari kalimat lagi.
"Tidak peduli seberapa merepotkan atau membebaninya dirimu, itu tidak akan menggangguku. Sebaliknya, aku sebenarnya menyukainya. ”
"…Apa? Itu sama sekali tidak membuatku bahagia. "
Masih melihat ke bawah, Yukinoshita memukul kerahku lagi.
"Aduh…"
Tidak ada salahnya sedikit pun, tetapi aku harus menjawab sebagai bentuk ketulusan. Dan kemudian, Yukinoshita mengembungkan pipinya.
"Kamu tidak punya hal lain?"
"Sejujurnya kamu sangat kacau hingga ke titik yang aku tidak pahami lagi, dan kurasa ada saat-saat di mana aku menjadi gugup, tetapi itu semua hal yang bisa kuhadapi, karena aku kurang lebih sama saja... Maksudku, sepanjang jalan aku mungkin akan mengeluh, tapi kupikir kita bisa melakukannya."
Begitu aku mengatakannya, kali ini dia memukulku lagi tanpa mengatakan apapun.
Puas dengan itu, aku meraih tangannya yang ramping.
Aku berharap ada cara lain untuk melakukannya. Tetapi bagiku, ini adalah satu-satunya cara.
Andai saja ada kata-kata yang lebih mudah untuk disampaikan padanya.
Kalau saja emosinya jauh lebih sederhana.
Jika itu hanya perasaan cinta dan kerinduan yang sederhana, tidak mungkin aku akan memiliki perasaan tertarik yang kuat padanya. Aku bahkan tidak perlu memikirkan bagaimana jika aku tidak akan pernah bisa mendapatkannya lagi jika aku kehilangannya.
"Aku tidak punya cukup uang sebagai ganti karena sudah membuat hidupmu kacau, tapi ya, aku akan memberimu segalanya. Jika Kamu tidak membutuhkannya, buang saja. Jika terlalu menjengkelkan, lupakan saja. Aku melakukan ini karena aku mau, jadi kamu juga tidak harus menjawabnya."
Yukinoshita mendengus dan menunduk
"Biarkan aku mengatakannya."
Dia lalu menempelkan dahinya di bahuku.
"Tolong beri aku hidupmu."
"... Itu cukup berat."
Kata-kata itu keluar dari mulutku, dan Yukinoshita membenturkan kepalanya ke pundakku lagi sebagai bentuk ketidaksetujuannya.
"Apa yang kamu harapkan? Aku tidak bisa memikirkan cara lain untuk mengatakannya ..."
Dia menepuk kepalanya lagi seperti kucing, dan memegang kerahku seperti anak kucing yang sedang menggigit.
Perasaan yang tidak akan pernah bisa kami utarakan dengan sebuah kata-kata tentu saja adalah sesuatu yang akan kami pahami melalui sentuhan hangat kami.
=====================
Notes:
- Maaf jika banyak kesalahan terjemahan, bahasa yang terlalu kaku, ataupun typo, tinggal komentar saja di bawah, nanti bakal diperbaiki
- Baca dari awal di sini: Prelude 1
AJO_QQ poker (k)
BalasHapuskami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!! :d
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856 ;-)