Selasa, 01 September 2020

Volume 8 Prolog: Prolog Menangis

 Kagerou Daze VIII -summertime reload-

Prolog

[ Crying Prologue ]



Aku selalu menghormati mereka.

"Kekaguman" ini berakar kepada kedua orang tua yang telah mencintaiku, orang-orang yang berpapasan denganku di jalan dan tidak kuketahui namanya, dan teman-teman yang kutemui secara ajaib.

Contohnya, seseorang yang membawa seorang gadis yang selama ini tersiksa oleh kesepian di tengah kegelapan menuju suatu tempat yang terang.

Contohnya, seseorang yang memberikan senyuman kepada anak laki-laki yang dirundung tanpa alasan di sudut kota.

Contohnya, seseorang yang memimpin teman-temannya yang dilanda keputusasaan dalam sebuah cerita, menuju harapan.

Ya, Aku ingin menjadi keberadaan seperti itu, eksistensi yang seolah keluar dari sebuah ilustrasi.

Aku ingin berubah dari diriku yang hanya bisa menahan kekerasaan dalam diam, yang tidak bisa melindungi pondasi hatinya sendiri dan tidak bisa melakukan apapun selain ketakutan terhadap watak orang lain.

Benar, begitulah adanya.

Benar; memang begitulah seharusnya.

"Kekaguman" adalah kutukan.

Perasaan "aku ingin jadi seperti itu" di suatu titik akan berubah menjadi kegelisah berupa "Aku harus jadi seperti itu", dan akhitnya, kita, yang telah terbiasa pada "kekaguman", akan dikalahkan layaknya monster.

Kemudian, kita akan mengalihkan pandangan dari diri sendiri, yang refleksinya telah menjadi tidak sedap dipandang, merendahkan diri sendiri terhadap orang lain, terjebak di kegelapan tak berujung... Singkatnya, itu semacam kutukan.

Yang disebut "monster" sebenarnya berada di dasar kegelapan itu.

Mereka tidak dapat mencintai dan dicintai oleh siapapun, menjadi keberadaan yang hanya mengharapkan malapetaka menimpa orang lain dan demi perlindungan diri sendiri... Apa yang melahirkan "monster" seperti itu adalah "kekaguman".

Hingga sekarang, Aku masih bisa mendengar "suara-suara" dari monster yang menyeret orang-orang, yang mencoba mencapai idealisme mereka, menuju arah yang berlawanan dari idealisme tersebut.

"Itu takkan terjadi. Hanya aku yang pasti akan..." Aku telah hidup sembari memikirkannya dari lubuk hatiku yang terdalam.

Di antara gerombolan monster kehitam-hitaman berselimut kulit manusia, Aku mengulurkan tanganku dalam keputusasaan.. dan begitu tanganku yang diulurkan ini menyentuh "kekaguman" itu, Aku menemukan hal yang harus kulindungi, yang tidak pernah aku sadari hingga sekarang, dan kelemahanku pun mendapatkan kekuatan. Aku diberkati dengan teman-teman yang akan memberitahuku bahwa aku ini diperlukan.

 



Satu-satunya hal yang tidak bisa aku temukan tidak peduli adalah "keberanian" untuk tidak melarikan diri.

Benar, jika aku tidak mampu mengenggamnya, maka sebaiknya sepeti itu saja.

Apa yang menunggu dibalik "kekaguman" yang selama ini aku genggam adalah "keputusasaan" yang akan membuatku kehilangannya dan kekosongan tanpa dasar. Hari-hari dimana merasa takut karena watak orang-orang yang kutemui agar tetap aman, ditekan oleh kata "teman".

Apakah "kekaguman" itu sungguh sebuah kutukan? Apakah kebahagiaan adalah undian? Apakah "keinginan" itu dosa?

Diriku yang tidak lagi bisa menyelamatkan "dia" sudah tidak mengetahui jawabannya. Diriku yang telah menjadi monster tidak lagi...

 

Kembali ke Index | Selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar