"Jika saja aku bisa menutupi
mataku..." saat pikiran bodoh tersebut muncul di kepalaku, Aku hanya
bisa tercengang mengamati pemandangan mengerikan yang merebut pandangan 'fokus' ku.
Tenggorokan
orang itu, yang tadi sore ini aku tertawakan, menyemburkan darah begitu
dia tumbang. Orang itu, yang terus mencemaskan keraguan remehku
beberapa saat sebelum kami berpisah, tertembak dengan peluru dan
terbunuh. Secara berantai, penampilannya berubah sepenuhnya, hampir
seolah dia semacam hama yang telah menyelinap ke dalam sebuah ruang dan
seseorang berhasil meremukannya bagaikan bubur.
Seolah semuanya hanyalah film yang aku saksikan dalam sebuah layar, aku... hanya... tercengang.
Jika,
kebetulan, suaraku dapat terdengar olehnya, apa aku akan memanggil
namanya? Jika, kebetulan, Aku dapat mengulurkan tanganku padanya, apa
Aku akan meninjunya tepat di wajah? Jika, kebetulan, Aku berada di
sana...
Aku
tahu. Sudah jelas, Aku, menyadari bahwa orang yang paling bagiku ada
diriku sendiri, tidak dapat melakukan apapun. Aku pasti tidak bisa
melakukan apa-apa.
Pasti karena itulah Aku dipilih oleh 'kekuatan' ku ini.
Sebelumnya | Index | Selanjutnya
test
BalasHapus